Saturday, October 27, 2012

Psycho


2011.

Hujan pertama di bulan Desember. Aku menepi ke sisi lapangan, menyadari semakin derasnya guyuran hujan. Rok seragamku sudah basah, namun biarlah.

Sret.

Aku terpeleset, mungkin karena ubin koridor sekolahku yang sengaja di desain licin sekali. Ah ini memalukan, terpeleset di..

“Jangan hujan-hujanan disitu,”

Tunggu!

Ada yang menarik tanganku dari belakang. Basah, lembab, dan, licin. Kini punggungku sudah menempel pada dinding ruang kelas. Kepalaku menunduk, mataku menatap sepatu kets hitam dengan beberapa garis putih dan tali sepatu yang juga putih. Ku rasa, aku tak mengenali sepatu ini. Ku rasa, sepatu ini tak membungkus kakiku. Dan ku rasa, ini memang bukan sepatuku.

Aku mengangkat kepalaku, dan, oh sial! Terbentur jendela!

“Kamu kenapa?” tanyanya.
“Kamu siapa?” jawabku sambil bertanya.
“Reno, Sebelas IPS 2, kelasku di ujung sana.”
Aku mengikuti arah jari telunjuknya, kemudian beralih menatap matanya. Hitam. Indah. Meneduhkan. Reno, ya, namanya Reno.
*

14 Februari 2012.

“Aku menyukaimu Sa,”
“Aku juga.”

Lama. Hening. Sebenarnya, aku sedang menantinya. Menanti dia agar segera ‘menanyakan’nya. Bukan hanya ‘menyatakan’.

“Sa, kenapa kamu suka aku?”
Oh bodoh! Aku memang berharap dia menanyakan, tapi, bukan pertanyaan ini yang aku mau!

“Karena kamu seperti udang. Bodoh, ga punya otak, tapi banyak yang suka, termasuk aku.”
*

“Sa, mau tidak jadi pacarku?”
Akhirnya dia menanyakannya. Sederet kalimat yang sudah lama kunantikan. Tapi..

“Tidak Ren, maaf.”
Oh apa yang baru saja aku katakan? Menolaknya? Oh ayolah Sa!

“Tapi kenapa? Bukannya aku seperti udang dan bukannya kamu suka aku?”
“Bukan. Bukan karena itu semua. Tapi karena aku sudah punya pacar,”

Reno melongo. Tak percaya. Mimik wajahnya miris. Ironis.
Mungkin dia tersayat.
Hatinya tercabik-cabik.

misi ke 99: completed!

No comments:

Post a Comment