Tau apa tentang sayang?
Tau apa arti rasa yang mendalam?
Omong kosong.
Siswa SMA itu masih anak-anak. Labil. Penuh emosi. Tau apa
soal perasaan?
Perasaan yang satu menit menyala, satu menit kemudian sirna.
Perasaan yang sebentar bahagia, sebentar lagi luka. Perasaan yang penuh euforia,
namun juga penuh dengan lara. Perasaan yang saling berbagi, kemudian saling
alergi. Perasaan yang amat dalam, tapi ternyata kelam.
Itu yang disebut cinta?
Itu yang disebut cinta?
Berharap akan sesuatu yang indah, namun ternyata tak
berbuah. Berharap akan kesempurnaan, namun yang hadir kemurkaan. Berharap kepastian
yang tak kunjung menuai hasil. Berharap kerinduan yang tumbuh, namun ternyata
rapuh.
Segala pengharapan butuh kesabaran.
Omong kosong.
Tak pernah ada cinta yang seperti itu.
Tak pernah ada cinta yang senada. Kesetiaan berujung
pengkhianatan. Kesabaran berujung kelelahan. Kepastian berujung keraguan. Rindu
mejelma menjadi debu. Tawa berakhir lara. Antara ucap dan sikap yang tak pernah
bertatap. Mereka bagaikan dua kubu yang saling menjauh. Mereka berbeda satu
sama lain, dan akan tetap menjadi berbeda.
Apakah warna hitam ditakdirkan untuk selalu bersama hitam?
Apakah warna putih ditakdirkan untuk terlalu sempurna
menjadi putih?
Bukankah antara hitam dan putih akan tercipta abu-abu, yang
berarti kelabu. Maka hitam dan putih pun tak akan pernah bisa bersatu. Karena setiap
penyatuan mereka akan berujung abu-abu, kelabu.
Kisah yang sendu, warna kelabu. Monoton.
Masa SMA, putih abu-abu, tak akan ada cinta yang selalu
warna-warni. Tak akan ada kasih yang selalu putih. Yang berbeda, tak akan
menjadi senada. Argumen perbedaan diciptakan untuk saling melengkapi itu tak
pernah nyata. Faktanya, perbedaan itu bagai penghalang. Tembok besar yang kokoh
dan kuat. Sebagai dinding pembatas antara hitam dan putih. Tak akan pernah bisa
saling melengkapi. Tak akan mampu menghancurkan warna kelabu menjadi ceria,
menyimpan banyak warna, menyimpan sejuta tawa.
Karena itu, selain hanya berkutat dengan rumus-rumus
matematika, simbol-simbol fisika, hafalan sejarah, ataupun nama latin mahkluk
hidup, tugas anak SMA adalah menyirnakan segala kelabu yang ada. Meski warna
seragam tak bisa diganggu gugat, tapi kisah dan kasih yang terkandung di
dalamnya tak pernah sendu. Tugas mereka adalah menyatukan hitam dan putih. Menambah
dengan warna merah, hijau, kuning, biru, oranye, ungu, seperti warna pelangi.
Hidup mereka tak seperti itu, tak semonoton itu. SMA penuh
kejutan. Penuh cinta, meski ragu ataupun palsu, namun indah. Terasa menyatu,
dan hanya akan kita temui di jenjang ini. Anak SMA memang masih labil. Tingkat emosionalitas
yang masih tak karuan. Namun bukan tugas yang terlalu sulit bila untuk
menyatukan segala perbedaan, segala yang hitam, dan yang putih. Karena hidup
butuh sejuta warna. Tak hanya hitam. Tak juga putih.
SMA akan selalu indah. SMA akan selalu hidup. SMA akan
selalu berseri. Bila tawa dan canda serta kisah kasih yang terbentuk tak akan
pernah terurai. Sayang yang tak akan bohong. Dan cinta yang tak akan berdusta.
Pelajaran hidup dan cinta, oleh Kalian
No comments:
Post a Comment