“Kriteria cowok kamu seperti apa sih?”
“Yang penting sayang sama aku apa adanya dan setia,”
Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling setelah sempat
beberapa menit saling bertatap muka dengannya. Jujur saja, aku tak biasa
mendapat sorotan mata hitamnya seperti itu. Ponselku berbunyi, dan sukses
membuyarkan segala lamunanku bersamanya. Aku mencoba mencerna sederet kalimat
yang tertera di recent updates BBM-ku. Ya, itu adalah sebuah personal message, Yang penting sayang sama aku apa adanya dan
setia –R.
Tunggu! Kalimat itu kan…
Aku menoleh ke samping, dan mendapati ia tengah tersenyum
manis ke arahku.
*
18 Desember 2012
“Kamu sabar ya,”
“Sabar apa?”
“Aku tau cewek pasti nggak suka digantungin, tapi sabar ya,
sebentar lagi kok,”
Apa yang baru saja ia katakan? Menyuruhku untuk bersabar? Baiklah,
aku sudah berhasil mengumpulkan kesabaranku sejauh ini. Kalau berbulan-bulan
saja aku bisa, mengapa hanya untuk kali ini saja aku tidak bisa? Oh ayolah,
tentu saja aku akan bersabar untuknya.
“Aku mau tanya, tapi kamu jawab jujur,”
“Anything for ya girl,”
“Helena itu siapa?”
Aku berharap semoga aku tidak salah menyebutkan namanya.
“Adik kelasku, satu ekskul denganku,”
“Oh ya, tentu saja aku tau dia adik kelasmu. Maksudku, yah,
dia siapamu,”
Aku tau mungkin terlalu agresif dengan pertanyaan barusan. Tapi,
ku rasa itu bukan sebuah pertanyaan, hanya pernyataan yang membutuhkan jawaban.
Ya, ku rasa tak ada salahnya.
“Bukan siapa-siapaku kok. Kan siapa-siapaku cuma kamu,”
Sialan! Mengapa dia selalu berhasil membuatku blushing? Bahkan ku rasa hanya dia
satu-satunya yang mampu flirting
dengan cara seperti itu, wajahnya inosen, tapi bola matanya memandangku dalam
diam.
“Kamu cemburu?”
Ah? Pertanyaan apa ini? Aku cemburu? Tentu saja tidak. Memangnya
laki-laki ini siapaku? Sejauh ini, bukankah aku dan dia hanya berteman? Ya,
tentu saja hanya teman. Tapi, setelah kupikir-pikir lagi, memangnya tidak boleh
ya cemburu dengan teman sendiri?
“Tidak kok,”
Yah, mulut dengan hati memang tak pernah bisa bersatu, kan?
*
24 Desember 2012
“R, nanti sore nonton yuk,”
“Nonton apa?”
“Skyfall, mau tidak?”
“Hanya berdua saja?”
Terkadang mulut dengan hati memang tak pernah kompak. Ya,
bukankah memang benar itu yang aku inginkan? Hanya berdua saja. Tapi mengapa
mulutku masih saja mengucapkan hal-hal diluar perkiraanku? Seharusnya aku tak
perlu menanyakan kalimat itu, sehingga hanya ada kemungkinan bahwa kami cuma
berdua.
Tapi, bagaimana kalau ternyata kami tidak berdua? Bagaimana kalau
ternyata ia mengajak temannya?
“Tentu saja berdua. Oh ayolah R, aku hanya ingin berjalan
bersamamu kali ini, tidak dengan siapa-siapa lagi,”
Lagi, aku mengalami blushing
ke sekian kalinya.
*
31 Desember 2012
Kemarin aku tak bertemu dengannya, padahal seharusnya ia
sudah berjanji kepadaku. Mungkin dia sibuk. Yah, bukankah dia ketua ekskul klub
koran di sekolahnya? Tapi, apakah sesibuk itu? Mengapa sibuknya baru kemarin? Bukankah
dia sudah menjabat sebagai ketua ekskul sejak beberapa bulan yang lalu?
Pukul 22.50 WIB, aku yakin dia masih terbangun karena ini
malam tahun baru. Tapi apakah ia benar-benar sesibuk itu sampai ia tidak
mengangkat teleponku?
Pukul 23.17 WIB, oh rupanya ia sudah tidak sedang sibuk lagi
karena ia akhirnya menjawab panggilanku. Tapi, sepertinya ada yang salah
dengannya. Atau mungkin, aku yang salah mengartikannya?
“Jangan telpon aku, aku lagi sibuk,”
“Maaf, baiklah aku berjanji tidak akan meneleponmu lagi,”
Klik. Panggilan diputus dari seberang sana.
*
4 Januari 2013
Sejak tahun 2012 itu, aku tak pernah lagi berhubungan
dengannya. Sama sekali tidak lagi. Tak ada SMS, telepon, chat, apalagi bertemu
dengannya. Pada akhirnya ternyata aku tidak salah mengartikannya.
Sepertinya memang
ada yang salah dengannya. Terlebih lagi, satu jam yang lalu, ketika aku
mendapati satu kontak di recent updates
BBM dengan status “H”.
H? Helena?
Iya.
Apa dia bilang? Iya? Tanpa ada kata-kata penjelas lainnya? Sungguh,
aku benar-benar butuh penjelasan kali ini. apa maksud chatnya barusan? Aku yakin
betul hari ini aku tidak sedang ulang tahun dan hari ini bukan April Mop, jadi
ku rasa tak ada yang sedang main-main dengan ini.
Kalian pacaran?
Iya.
Dua kali jawaban dengan kata yang sama. Singkat, padat, dan
sama sekali tak jelas. Apa maksudnya sih? Jadi mereka pacaran? Yah, seharusnya
memang aku tak akan pernah melarangnya. Lagi pula, itu hak mereka. Tapi, sudah
ku katakan berkali-kali, antara mulut dan hati memang tak pernah bisa padu.
Dasar php!
Apa yang baru saja ku katakan?
Aku tidak php, kamu
saja yang kege-eran.
Oh dan apa lagi ini? Apa katanya barusan? Kege-eran?
*
Dear 10:10
Yah mungkin kamu benar, aku yang kege-eran. Bagaimana hubunganmu
dengan Helena? Apa? Kalian sudah putus? Katanya kamu diputusin ya? Ups.
Yah, aku hanya ingin bilang, karma has no menu. You get served what you deserve.
Semoga saat kamu membaca ini, jangan lupa buka kamus ya, artikan
sederet kalimat di akhir paragraf itu.
–R
No comments:
Post a Comment