Saya menyadari bahwa kemampuan menulis saya sedikit
berkurang semenjak saya tidak pernah galau lagi. Kau tau mengapa? Manusia galau
adalah sebaik-baiknya penulis. Bahkan mereka menulis dengan hati. Jadi untuk
kalian yang ingin jadi penulis, sebaiknya kalian wajib mengalami yang namanya
“galau” terlebih dahulu. Nikmatilah! Sungguh, galau itu asik, saya tidak
bohong.
Setelah terlepas dari masa kegalauan, saya jadi sering
merindukannya. Kau tau mengapa? Karena galau itu…
Masa dimana harus merasakan bom-bom kecil yang dijatuhkan
tepat ke arah jantung. Btw, dijatuhi bom itu, sakit bukan? Bahkan bisa sampai
remuk, hancur berkeping-keping. Meski sekecil apa pun itu, tetap saja kau akan
merasakan sakit.
Masa dimana kau akan lebih sering menghabiskan waktumu untuk
makan dan mengakibatkan berat badanmu bertambah. Yah, manusia galau pasti butuh
makan. Meski kau mengaku bahwa dirimu tidak lapar dan tidak ingin makan, tapi
sesungguhnya jauh di dalam lubuk perutmu yang paling dalam, ada cacing-cacing
kecil yang meronta-ronta kesakitan. Baiklah kalau kau tidak lapar, tapi
setidaknya, cacing-cacing itu lapar dan pokoknya kau harus memakan sesuatu!
Masa dimana kau sering memejamkan matamu dengan earphone
yang terpasang di telingamu. Tentu, manusia galau pasti mendadak punya hobi
mendengarkan musik. Mengunduh lagu yang sesuai dengan suasana hatinya,
menghafalkan liriknya, kemudian menyanyikannya dalam diam sambil menangis. Iya
tidak?
Masa dimana jumlah tweets di twittermu akan seketika
mengalami kenaikan secara drastis. Manusia galau butuh pelampiasan, dan dimana
lagi kalau bukan jejaring sosial? Sementara facebook sudah tidak lagi digemari
oleh para manusia, maka kemana lagi mereka akan melampiaskan kalau tidak ke
twitter?
Masa dimana kelenjar air matamu akan mengalami kemampuan
produksi dua kali lipat lebih banyak. Apalagi di malam hari, yah, malam hari
memang memiliki kekuatan magis tersendiri yang berpotensi membuat manusia galau
menjadi semakin galau. Meskipun kau tidak sedang benar-benar galau, yah
setidaknya, kau akan mengalami tahapan sebelum galau –risau.
Masa dimana kau akan lebih banyak menulis. Kau tau? Bahkan
saat dirimu sama sekali tidak mahir dalam hal menulis sekalipun, kau tetap akan
bisa berkarya dengan kata-kata puitis yang menyentuh dan merobek-robek selaput
jantung. Tidak percaya? Cobalah sendiri!
Saya merindukan segala masa yang sebenarnya hanya orang
bodoh yang akan merindukan masa-masa tersebut. Tapi sungguh, saya hampir
kehilangan beberapa persen kemampuan saya dalam merangkai kata-kata dan
menuangkannya dalam beberapa paragraf. Rasanya seperti, saya benar-benar ingin
galau lagi, karena hanya dengan cara itu juga saya bisa mengeluarkan air mata.
Yah, kau tau? Butuh galau yang teramat sangat berkepanjangan bagi saya agar
bisa menumpahkannya dalam tangisan. Entah, menangis itu sepertinya tidak
bersahabat dengan saya, sulit sekali.
Galau, datanglah!
Saya membutuhkanmu!
Kau tahu, bahkan saya menjamin hanya saya satu-satunya
manusia yang merindukan galau. Biarlah manusia bahagia dengan caranya sendiri.
Dan manusia yang bahagia dengan kegalauannya itu adalah saya.
Dear, para manusia
yang sedang terbelit galau…
Nikmatilah! Sesungguhnya, kau akan merindukannya juga suatu
saat nanti setelah kau terbangun dari masa itu.
Sincerely,
Manusia perindu galau
No comments:
Post a Comment