Sunday, February 3, 2013

Perindu Galau


Saya menyadari bahwa kemampuan menulis saya sedikit berkurang semenjak saya tidak pernah galau lagi. Kau tau mengapa? Manusia galau adalah sebaik-baiknya penulis. Bahkan mereka menulis dengan hati. Jadi untuk kalian yang ingin jadi penulis, sebaiknya kalian wajib mengalami yang namanya “galau” terlebih dahulu. Nikmatilah! Sungguh, galau itu asik, saya tidak bohong.

Setelah terlepas dari masa kegalauan, saya jadi sering merindukannya. Kau tau mengapa? Karena galau itu…

Masa dimana harus merasakan bom-bom kecil yang dijatuhkan tepat ke arah jantung. Btw, dijatuhi bom itu, sakit bukan? Bahkan bisa sampai remuk, hancur berkeping-keping. Meski sekecil apa pun itu, tetap saja kau akan merasakan sakit.

Masa dimana kau akan lebih sering menghabiskan waktumu untuk makan dan mengakibatkan berat badanmu bertambah. Yah, manusia galau pasti butuh makan. Meski kau mengaku bahwa dirimu tidak lapar dan tidak ingin makan, tapi sesungguhnya jauh di dalam lubuk perutmu yang paling dalam, ada cacing-cacing kecil yang meronta-ronta kesakitan. Baiklah kalau kau tidak lapar, tapi setidaknya, cacing-cacing itu lapar dan pokoknya kau harus memakan sesuatu!

Masa dimana kau sering memejamkan matamu dengan earphone yang terpasang di telingamu. Tentu, manusia galau pasti mendadak punya hobi mendengarkan musik. Mengunduh lagu yang sesuai dengan suasana hatinya, menghafalkan liriknya, kemudian menyanyikannya dalam diam sambil menangis. Iya tidak?

Masa dimana jumlah tweets di twittermu akan seketika mengalami kenaikan secara drastis. Manusia galau butuh pelampiasan, dan dimana lagi kalau bukan jejaring sosial? Sementara facebook sudah tidak lagi digemari oleh para manusia, maka kemana lagi mereka akan melampiaskan kalau tidak ke twitter?

Masa dimana kelenjar air matamu akan mengalami kemampuan produksi dua kali lipat lebih banyak. Apalagi di malam hari, yah, malam hari memang memiliki kekuatan magis tersendiri yang berpotensi membuat manusia galau menjadi semakin galau. Meskipun kau tidak sedang benar-benar galau, yah setidaknya, kau akan mengalami tahapan sebelum galau –risau.

Masa dimana kau akan lebih banyak menulis. Kau tau? Bahkan saat dirimu sama sekali tidak mahir dalam hal menulis sekalipun, kau tetap akan bisa berkarya dengan kata-kata puitis yang menyentuh dan merobek-robek selaput jantung. Tidak percaya? Cobalah sendiri!

Saya merindukan segala masa yang sebenarnya hanya orang bodoh yang akan merindukan masa-masa tersebut. Tapi sungguh, saya hampir kehilangan beberapa persen kemampuan saya dalam merangkai kata-kata dan menuangkannya dalam beberapa paragraf. Rasanya seperti, saya benar-benar ingin galau lagi, karena hanya dengan cara itu juga saya bisa mengeluarkan air mata. Yah, kau tau? Butuh galau yang teramat sangat berkepanjangan bagi saya agar bisa menumpahkannya dalam tangisan. Entah, menangis itu sepertinya tidak bersahabat dengan saya, sulit sekali.

Galau, datanglah!

Saya membutuhkanmu!

Kau tahu, bahkan saya menjamin hanya saya satu-satunya manusia yang merindukan galau. Biarlah manusia bahagia dengan caranya sendiri. Dan manusia yang bahagia dengan kegalauannya itu adalah saya.

Dear, para manusia yang sedang terbelit galau…

Nikmatilah! Sesungguhnya, kau akan merindukannya juga suatu saat nanti setelah kau terbangun dari masa itu.

Sincerely,
Manusia perindu galau

No comments:

Post a Comment