Tuesday, September 4, 2012

Untuk Kamu


Full of mystery boxes that I’ve never opened before.

Penuh kejutan.

Hal-hal yang sebelumnya sama sekali tidak tertebak di otakku, tiba-tiba mereka menyerangku dengan sendirinya dan memaksakan diri untuk memenuhi space-space yang masih kosong di otakku.

Absurd.

Semuanya nampak jadi jauh lebih jelas dan lebih clear, karena aku sudah tau bagian-bagian dari puzzle yang sedang ku gabungkan satu persatu itu. Hingga akhirnya puzzle itu sudah tersusun, sudah lengkap, semua bagian sudah saling terpaut rapi dan pas pada tempatnya masing-masing. Hingga aku sendiri tau apa yang sebenarnya sudah benar-benar terjadi. Aku tau cerita sebenarnya.

Waktu pertama, saat kamu dan dia. Ya, dia yang pertama. Dia yang telah berhasil membuatmu menjatuhkan mutiara bening di mata indahmu. Dia yang pertama merebut hatimu. Bukan aku, tapi dia. Ya, hanya dia yang membuat tubuhmu gemetaran hebat saat dia memutuskan hubungannya denganmu. Tau tidak? Aku selalu membuntutimu. Membuntuti kisahmu dengannya. Bersiap-siap saat mungkin saja kamu akan lari memelukku setelah dia telah pergi dari hidupmu.

Namun, kamu bukan lari ke pelukanku.

Kamu menemukan dia. Ya, dia yang lainnya. Kamu mencoba bangkit dari masa lalumu, mencoba menghapus jejak sang mantan yang kini telah berbahagia dengan orang lain. Walau aku tau kamu telah berusaha dan berulang kali mengatakan kamu tidak lagi mencintai mantan kekasihmu itu, namun aku lebih tau tentang kamu. Tentang perasaanmu. Kamu tak pernah bisa benar-benar melupakan mantanmu itu. Sejuta cintamu masih untuk dia yang telah meninggalkanmu.

Doaku masih sama, suatu hari kelak kamu akan datang kepadaku. Aku tak peduli kamu menganggapku pelarian. Aku tak peduli kamu tidak benar-benar mencintaiku. Aku tak peduli itu semua. Yang penting, hal terhebat dalam hidupku adalah kamu membutuhkan diriku.

Namun aku salah. Kamu datang pada orang lain. Ya, sosok dia yang lainnya seperti yang telah kusebutkan tadi. Hingga pada akhirnya kamu menemukan cintamu kembali. Dan dengan orang lain lagi. Tau tidak? Aku masih sabar menunggumu, menantimu.

Lama, aku tak mendengar kabar baik antara kamu dan dia. Yah, aku anggap kamu dan dia telah usai. Maka muncul lagi sebenih harapanku. Penantianku tidak sia-sia. Menunggumu untuk benar-benar membuka matamu dan melihat bahwa di hadapanmu ada sosokku yang sedang berdiri tegap sambil tersenyum penuh cinta kepadamu. Aku tau, kamu tak pernah merasakan kehadiranku. Kamu tak pernah menyadariku.

Namun, apa salahnya berharap lagi?

Hingga pada batas kesabaranku, batas penantianku, batas harapanku. Untuk yang ketiga kalinya kamu bersama dia. Dia yang lainnya lagi. Tetap dia, dia, dan dia. Sedangkan aku hanya bisa menyesali keadaan. Aku hanya bisa menenggalamkan wajahku pada bantal yang basah karena air mataku. Aku hanya bisa menerawang membayangkan diriku bisa menyandarkan kepalaku di bahumu.

Mungkin aku bodoh, mengharapkan sesuatu yang absurd. Sesuatu yang samar, tak jelas, tidak pasti. Yaitu kamu.

Tapi biarlah. Aku mengetahui seluk beluk kisahmu dengan sosok-sosok dia. Namun setelah itu, semuanya juga nampak jadi membuatku semakin bingung, risau, well, galau. Kenyataan itu sudah ada di depan mata. Puzzle itu sudah tersusun rapi. Potongan-potongan cerita yang selama ini sembunyi juga sudah menampakkan dirinya masing-masing. Semuanya sudah jelas di depan mata, sudah benar-benar clear di otakku. Tapi kenapa hal itu malah makin membuatku bingung?

Sepertinya terlalu sempurnanya tokoh-tokoh yang bersangkutan dalam cerita itu.

Ada aku, kamu, dia, dia yang itu, dia yang satunya, dan dia-dia yang lainnya juga.

Aku ingin, di dalam  mystery box itu cuma ada aku dan kamu. Aku ingin, potongan-potongan puzzle itu hanya akan membentuk sketsa wajahku dan wajahmu. Aku hanya ingin kejutan itu ada aku dan kamu, bukan lagi ada embel-embel dia, dia, dan dia yang lain-lainnya.

Got my point?

I want you.

No comments:

Post a Comment