Full of mystery boxes that I’ve never opened before.
Penuh kejutan.
Hal-hal yang sebelumnya sama sekali tidak tertebak di
otakku, tiba-tiba mereka menyerangku dengan sendirinya dan memaksakan diri
untuk memenuhi space-space yang masih kosong di otakku.
Absurd.
Semuanya nampak jadi jauh lebih jelas dan lebih clear,
karena aku sudah tau bagian-bagian dari puzzle yang sedang ku gabungkan satu
persatu itu. Hingga akhirnya puzzle itu sudah tersusun, sudah lengkap, semua
bagian sudah saling terpaut rapi dan pas pada tempatnya masing-masing. Hingga aku
sendiri tau apa yang sebenarnya sudah benar-benar terjadi. Aku tau cerita
sebenarnya.
Waktu pertama, saat kamu dan dia. Ya, dia yang pertama. Dia yang
telah berhasil membuatmu menjatuhkan mutiara bening di mata indahmu. Dia yang
pertama merebut hatimu. Bukan aku, tapi dia. Ya, hanya dia yang membuat tubuhmu
gemetaran hebat saat dia memutuskan hubungannya denganmu. Tau tidak? Aku selalu
membuntutimu. Membuntuti kisahmu dengannya. Bersiap-siap saat mungkin saja kamu
akan lari memelukku setelah dia telah pergi dari hidupmu.
Kamu menemukan dia. Ya, dia yang lainnya. Kamu mencoba
bangkit dari masa lalumu, mencoba menghapus jejak sang mantan yang kini telah
berbahagia dengan orang lain. Walau aku tau kamu telah berusaha dan berulang
kali mengatakan kamu tidak lagi mencintai mantan kekasihmu itu, namun aku lebih
tau tentang kamu. Tentang perasaanmu. Kamu tak pernah bisa benar-benar
melupakan mantanmu itu. Sejuta cintamu masih untuk dia yang telah
meninggalkanmu.
Doaku masih sama, suatu hari kelak kamu akan datang
kepadaku. Aku tak peduli kamu menganggapku pelarian. Aku tak peduli kamu tidak
benar-benar mencintaiku. Aku tak peduli itu semua. Yang penting, hal terhebat dalam
hidupku adalah kamu membutuhkan diriku.
Namun aku salah. Kamu datang pada orang lain. Ya, sosok dia
yang lainnya seperti yang telah kusebutkan tadi. Hingga pada akhirnya kamu
menemukan cintamu kembali. Dan dengan orang lain lagi. Tau tidak? Aku masih
sabar menunggumu, menantimu.
Lama, aku tak mendengar kabar baik antara kamu dan dia. Yah,
aku anggap kamu dan dia telah usai. Maka muncul lagi sebenih harapanku. Penantianku
tidak sia-sia. Menunggumu untuk benar-benar membuka matamu dan melihat bahwa di
hadapanmu ada sosokku yang sedang berdiri tegap sambil tersenyum penuh cinta
kepadamu. Aku tau, kamu tak pernah merasakan kehadiranku. Kamu tak pernah
menyadariku.
Namun, apa salahnya berharap lagi?
Hingga pada batas kesabaranku, batas penantianku, batas
harapanku. Untuk yang ketiga kalinya kamu bersama dia. Dia yang lainnya lagi. Tetap
dia, dia, dan dia. Sedangkan aku hanya bisa menyesali keadaan. Aku hanya bisa
menenggalamkan wajahku pada bantal yang basah karena air mataku. Aku hanya bisa
menerawang membayangkan diriku bisa menyandarkan kepalaku di bahumu.
Mungkin aku bodoh, mengharapkan sesuatu yang absurd. Sesuatu
yang samar, tak jelas, tidak pasti. Yaitu kamu.
Tapi biarlah. Aku mengetahui seluk beluk kisahmu dengan
sosok-sosok dia. Namun setelah itu, semuanya juga nampak jadi membuatku semakin
bingung, risau, well, galau. Kenyataan itu sudah ada di depan mata. Puzzle itu
sudah tersusun rapi. Potongan-potongan cerita yang selama ini sembunyi juga
sudah menampakkan dirinya masing-masing. Semuanya sudah jelas di depan mata, sudah
benar-benar clear di otakku. Tapi kenapa hal itu malah makin membuatku bingung?
Sepertinya terlalu sempurnanya tokoh-tokoh yang bersangkutan
dalam cerita itu.
Ada aku, kamu, dia, dia yang itu, dia yang satunya, dan
dia-dia yang lainnya juga.
Aku ingin, di dalam
mystery box itu cuma ada aku dan kamu. Aku ingin, potongan-potongan
puzzle itu hanya akan membentuk sketsa wajahku dan wajahmu. Aku hanya ingin kejutan
itu ada aku dan kamu, bukan lagi ada embel-embel dia, dia, dan dia yang
lain-lainnya.
Got my point?
I want you.
No comments:
Post a Comment