Sunday, August 26, 2012

Menyandarkan Harapan (end)

want to know the previous story?


"Maafkan aku Liv,"

Lagi! Ia meminta maaf lagi? Oh ayolah Fan, aku bahkan tidak pernah tidak memaafkanmu. Dan aku bahkan selalu memaafkanmu sebelum kau meminta maaf duluan. Dan satu lagi, aku bahkan tidak pernah menganggapmu salah sehingga harus meminta maaf kepadaku. Bodoh ya aku?

Ucapan maaf Alfan malah membuat tangisku semakin menjadi-jadi. Sudah lah, cukup, sudah jelas Alfan tidak menunjukkan tanda-tanda kalau dia menginginkanku. Tak ada kode atau semacam isyarat lainnya kalu dia masih menyayangiku. Tak ada ucapannya yang mengarah bahwa ia memilihku. Sama sekali tidak.

So, buat apa aku masih berharap padanya? Buat apa aku masih menunggu kalimatnya keluar? Padahal sudah jelas-jelas ia tidak akan berkata-kata lagi setelah ini. Karena aku rasa juga memang seharusnya tidak ada yang perlu dikatakan lagi. Aku sudah mengatakannya, dan Alfan sudah mengetahui semuanya. Sudah selesai kan?

Mengapa Alfan tidak pergi dari sini saja sih?

"Liv,"

Arestya (1)

“Jadi ini rumahmu?”
“Bukan. Rumah ayahku.”

Aku menatap ke sekelilingku. Pilar-pilar besar yang berdiameter kurang lebih 60 sentimeter menjulang tinggi dan berfungsi menyanggah bangunan-bangunan diatasnya. Dinding dengan cat tembok berwarna abu-abu terang dan beberapa garis berwarna hitam. Lalu dihiasi dengan ukiran-ukiran kayu berbagai macam bentuk. Lantai marmer yang putih mengkilap dan terasa sangat dingin ketika bersentuhan dengan permukaan telapak kaki ku. Jadi benar disini tempat tinggalnya?
*

Kamarku adalah satu-satunya tempat dimana aku bisa merasa benar-benar bebas. Tanpa aturan. Rasanya seperti nggak perlu keluar kamar saja. Risih pagi-pagi sarapan omelan dari papa. Pulang sekolah nyampe rumah telat, dapet ceramah dari mama. Bolos les baru sekali juga langsung kena seret sama abang. Semua orang rumah itu tidak ada satu pun yang berpihak kepadaku. Semuanya, bikin jenuh.

Arestya, teman sekelasku.

Saturday, August 25, 2012

Menyandarkan Harapan (2)

want to know the previous story?


"Liv, kamu kenapa nangis sih?"

Bodoh! Alfan benar-benar bodoh! Dan itu pertanyaan terbodoh yang pernah kudengar! Oh haruskah aku menjawabnya?

"Perlu ku jawab?"
"OLiv, jadi karena aku? Kamu marah sama aku? Kamu cemburu sama aku? Kamu sakit hati karena aku?"

Aku membeku. Seluruh rasa yang tertahan dari tadi keluar begitu saja dalam sederet pertanyaan Alfan barusan. Sakit sekali. Rasanya, ingin mati saja.

"Kamu sudah tau hal itu Fan," jawabku lemah dan menyerah.
"Liv! Kamu sendiri yang bilang kalau kamu sudah bisa melupakanku. Kamu sendiri yang bilang kalau kamu sudah menemukan penggantiku. Kamu sendiri yang bilang kalau kamu sudah punya cowok. Iya kan Liv? Liv? Jawab aku!"

Alfan menggoncang-goncangkan bahuku. Sementara aku? Hanya memejamkan mataku sambil menahan rasa yang luar biasa sakitnya disini, di dadaku.

Menyandarkan Harapan (1)


Kami berdua berada di jalanan yang ramai. Aku meminggirkan mobilku, mencoba menghindar dari padatnya lalu lintas. Sementara mobilnya, entah ada dimana. Yang aku tahu sekarang adalah, dia sedang berusaha berbicara padaku, mengetuk-ngetuk kaca mobilku, mengucapkan sederet kalimat yang bisa kudengar dengan jelas.

Namun mataku sudah terlanjur basah. Hati juga rasanya sudah terlanjur hancur lebur. Aku menatap lurus ke depan, ke arah jalanan. Tak ada niatan sedikit pun untuk menoleh ke kanan, dan melihat matanya. Karena jujur saja, aku tak bisa melihat mata hitamnya. Tajam sekali seperti hendak menusukku. Ya, benar saja. Ia memang telah menusukku, menusuk hatiku.

Entah sudah berapa lama aku menangis. Dan entah sudah berapa lama ia masih berdiri disitu, masih ditempat yang sama. Dan yang ia lakukan pun masih sama. Air mataku semakin tak terkendali. Bahkan kerudungku pun telah basah. Mataku sudah benar-benar panas. Kepalaku pening tak karuan.

Aku tak bisa membiarkannya terus berdiri disitu.
Aku tidak bisa.
Tidak akan pernah bisa untuk tidak meresponnya.

"Kamu mau apa lagi?"

Thursday, August 16, 2012

want to know?

about me?
maharani putri ayuningtyas. indonesian. 15+
masih pelajar kelas 2 SMA. masih muda. masih suka makan. masih apalagi ya? masih sehat =))

that's all.
lagi pula, menulis segala hal tentang diri sendiri tidak bisa ditulis dalam kata-kata, apalagi di blog, apalagi karakternya terbatas, apalagi untuk di share. nggak penting.

untuk selebihnya mengenai saya, it's not your bussiness.