Malam ini kelabu.
Malam ini angin bertiup malu.
Ketika hujan mulai menitik, bayangan yang telah lama lenyap
kembali mengintip. Hanya mengintip, seakan takut menampakkan dirinya.
Semakin penasaran, ku tepis tabir yang masih menutup
setengah bayangan itu. Namun ia lari. Semakin bersembunyi. Seakan takut ku
hampiri.
Ku rasa, tak ada gunanya hanya bermain-main dengan banyangan.
Bukankah bayangan hanya akan balik mempermainkanmu? Bayangan itu ada tapi tak
pernah nyata. Setiap hari aku bertemu dengannya. Namun ia tak pernah bisa ku sentuh,
ku raih, lalu ku gapai seutuhnya.
Seperti benda semu.
Namun ia bukan benda, ia hidup. Ia bergerak. Dan semakin aku
bergerak untuk menjamahnya, ia semakin menjauh.
Apa ada yang salah denganku?
Dan tadi malam itu, aku yakin, kamu.
Bayangan itu kamu. Ia adalah dirimu. Kenapa? Kamu takut
menemuiku? Bukankah kamu sendiri yang mengajariku untuk tidak menjadi orang
pengecut. Namun kamu jauh lebih menjadi pengecut kelas curut.
Sudahlah, sudah ku katakan berulang kali untuk tidak
menemuiku. Kecuali kau benar-benar kau. Bukan siluet bayangan.
Kau pikir aku tak lelah? Menanti sosokmu yang tak pernah
memijakkan kaki dalam kehidupanku. Hanya bayangmu yang senantiasa pulang dan
pergi tak pernah ada hati.
Ternyata, bukan hanya kau yang bisa menyakitiku. Bayangan semu
mu itu sudah cukup menciptakan luka tersendiri untukku.
Jangan mengetuk pintu rumahku lagi. Meski aku tak yakin
apakah sekedar siluetmu saja mampu mengetuk pintu rumahku.
No comments:
Post a Comment