Saturday, December 8, 2012

Saya bukan Orang Lain


Sepertinya terlalu mudah bagi setiap orang untuk melakukan ini. Dan mengapa bagi saya seakan terlalu sulit hingga saya tak pernah bisa?

Oh, tidak adil. Yang lain bisa, mengapa saya tidak?

Melupakan.

Apa saya sudah melupakannya? Oke tentu saja belum. Bagaimana mungkin saya bisa lupa dengannya? Mustahil sekali. Sementara saya berusaha melupakannya, ia tak pernah absen untuk menampakkan dirinya di hadapan saya. Oh lucu sekali. Seperti mengisi bak yang bocor. Seberapa keras dan seberapa lama kau mengisinya, bak itu tak akan pernah penuh kembali bukan?

Menyibukkan diri.

Saya rasa, saya sudah terlalu sibuk dengan seluruh aktifitas saya. Jadi, hal apa lagi yang harus saya lakukan untuk membuat diri saya menjadi 2 kali lipat lebih sibuk dari sebelumnya? Lagi pula, dengan saya menyibukkan diri maka orang lain akan berpikir bahwa saya telah melupakannya begitu? Oh ayolah, sudah saya jelaskan tadi, tidak mungkin saya bisa lupa dengannya. Sesibuk apapun, saya tentu saja masih mengingat namanya. Dirinya. Apalagi wajahnya. Jadi saya pikir, tak logis sekali.

Bersikap biasa saja.

Memangnya selama ini saya telah bersikap luar biasa? Saya tetap tidur, makan, berangkat sekolah, bercanda dengan teman, mengerjakan pr, dan yah, apakah hal itu luar biasa? Tunggu, sepertinya saya mulai mengerti. Mungkin orang lain berpikir saya bersikap tidak biasa di hadapannya bukan? Oh, sepertinya tak ada hal luar biasa yang harus selalu terjadi padanya sehingga mampu membuat sikap saya tidak biasa. Ia tak pernah luar biasa, namun selalu mengena di hati, dan saya tetap berlaku sewajarnya. Masih normal kan?

Memantabkan hati.

Ah? Apanya yang perlu dimantabakan? Saya sudah sangat mantab. Atau mungkin maksud kalian, hati saya masih terlalu basah untuk kembali disiram air? Seperti tanaman saja, haha. Hati saya selalu mantab, bahkan untuk hal apapun itu saya rasa, termasuk segala hal yang berhubungan dengan dia. Berpura-pura tidak semangat hanya akan lebih menyiksa. Jadi, saya akui saya selalu siap dengan hal apa saja yang berkaitan dengannya. Memang dia sangat menarik kok. Jadi, apa saya salah?

Cari yang baru.

Cari? Apanya yang dicari? Sosok penggantinya begitu? Oh apakah saya terlalu pengangguran sampai-sampai tidak ada kerjaan lain selain mencari orang asing yang belum saya kenal dan belum pernah saya temui sebelumnya?

Baiklah. Saya rasa, cukup untuk hari ini.

Saya tak ingin memaksakan diri. Berkata move on padahal hati menentangnya. Semakin mulut saya berjanji akan melupakannya, semakin hati saya juga berjanji akan mengingkarinya. Mereka seperti air dan minyak yang tak pernah bisa disatukan. Jadi, saya tak akan mengatakan bahwa saya telah sepenuhnya move. Tidak.

Hanya saja, lebih baik berjalan pelan tapi terus menerus. Daripada berjalan cepat tapi banyak istirahat.

Bukankah benar begitu? ;)

No comments:

Post a Comment